Kamis, 12 Januari 2012

apakah ini disebut galau?


Terkadang ketika kita memilih untuk bertahan,,
Ketika hidup ini seperti serasa semakin sulit tuk dijalani.
Perih,, dan merasa hancur……
Kehidupan ini semakin kosong tuk dirasakan.
Bertahan itu seperti menunggu……
Sepi….
Bosan….
Dan bagiku,, beratahan itu adalah sendiri……

puisi Taufik ismail "menengadah keatas, merenungi ozon yang tak tampak"

Menengadah Keatas, Merenungi Ozon Yang Tak Tampak

Langit masih biru di atas halaman dan kampungku
Awan dengan beberapa juta jemarinya,
saling berpegangan bergugus-gugusan
Mereka bergerak perlahan bagaikan enggan
Masih adakah angin yang bertugas dalam keindahan
Aku tidak mendengar lagi suara unggas dan siamang
Seperti di desaku Baruh, di masa kanakku
Kini yang beringsut adalah gemuruh kendaraan
Menderu di jalanan kota besar
Menderu di jalanan kota sedang
Menderu di jalanan kota kecil
Semua berkejaran dalam jalur nafkah dunia
Semua menanam mesin dan menabur industri
Semua memburu panen angka-angka
Bergumam dan menderam dalam paduan suara
Kemudian selesma, bersin lalu terbatuk-batuk
Punggungmu jadi terbungkuk-bungkuk
Siapa yang akan mengurutmu di bagian tengkuk
Danau yang menyimpan warna biru
kenapa engkau jadi kelam dan hijau
Sungai yang meluncurkan air berkilau
Kenapa engkau keruh, suaramu sengau
Hutan yang menutup daratan, perbukitan dan gunung
kudengar tangismu dipanggang nyala api
seraya kesakitan engkau melahirkan
luasan gurun pasir kering kerontang
Mereka menggergaji dua lubang raksasa di atas sana
Terdengarkah olehmu gemeretak suaranya
Pasukan klor yang garang membantai lapisan ozon
Dan lewat sobekan-sobekannya
menerjuni kawah stratosfer menganga

Meluncur-luncurlah gerimis sinar ultra ungu
Menusuki kulit bumi
Menusuki daun-daunan
Menusuki kulit kita
dan mengukir rajah kanker
dengan tinta ultra ungu
Dan makin panaslah kulit bumi
Engkau akan jadi penghuni padang pasir
Aku akan mengukur bentangan kersik membara
Di atas unggun ini
Akan kita kemanakan anak-cucu kita
Bongkahan es di kedua kutub, utara selatan
Dikabarkan meleleh perlahan-lahan
Menggenangi kota-kota pelabuhan
Di atas unggun, dikepung pasang lautan
Akan kita kemanakan anak-cucu kita
Mereka bertanya
Masih adakah angin yang bertugas dalam keindahan
Engkau terpaksalah berkata
Ada memang getar sejuta senar gitar
Tapi kini nyanyian lagu radiasi
Yang melelehkan air mata terlambat sekali
Jatuh membasahi catatan-catatan keserakahan
Ketika semua menanam mesin dan menabur industri
Ketika semua memburu panen angka-angka
Berkejaran dalam jalur nafkah dunia
Lalai membaca isyarat-isyarat demikian jelasnya
Dari Pemilik Semesta yang menitipkan ciptaanNya
Pada kita semua.
 

1989

taufik ismail, bagaimana kalau


Bagaimana kalau dulu bukan khuldi yang dimakan Adam,tapi buah alpukat.
Bagaimana kalau bumi bukan bulat tapi segi empat.
Bagaimana kalau lagu Indonesia Raya kita rubah, dan kepada Koes Plus kita beri mandat
Bagaimana kalau ibukota Amerika Hanoi, dan ibukota Indonesia Monaco.
Bagaimana kalau malam nanti jam sebelas, salju turun di Gunung Sahar.
Bagaimana kalau bisa dibuktikan bahwa Ali Murtopo, Ali Sadikin dan Ali Wardhana ternyata pengarang-pengarang lagu pop.
Bagaimana kalau hutang-hutang Indonesia dibayar dengan pementasan Rendra.
Bagaimana kalau segala yang kita angankan terjadi, dan segala yang terjadi pernah kita rancangkan.
Bagaimana kalau akustik dunia jadi sedemikian sempurnanya sehingga dikamar tidur kau dengar deru bom Vietnam, gemersik sejuta kaki pengungsi, gemuruh banjir dan gempa bumi sera suara-suara percintaan anak muda, juga bunyi industri presisi dan margasatwa Afrika.
Bagaimana kalau pemerintah diizinkan protes dan rakyat kecil mempertimbangkan protes itu.
Bagaimana kalau kesenian dihentikan saja sampai di sini dan kita pelihara ternak sebagai pengganti.
Bagaimana kalau sampai waktunya kita tidak perlu bertanya bagaimana lagi.

Puisi Taufik Ismail mengakar ke bumi menggapai ke langit "kopi menyiram hutan""


Kopi Menyiram Hutan
Tiga juta hektar
Halaman surat kabar
Telah dirayapi api
Terbit pagi ini
Panjang empat jari
Dua kolom tegak lurus
Dibongkar dari bak pik-ap
Subuh dari percetakan
Ditumpuk atas aspal jalan
Dibereskan agen-agen koran
Sebelum matahari dimunculkan
Dilempar ke pekarangan
Dipungut oleh pelayan
Ditaruh di atas meja makan
Ditengok secara sambilan
Dasi tengah diluruskan
Rambut isteri dalam penataan
Anak-anak bersliweran
Pagi penuh kesibukan
Selai di ujung tangan
Roti dalam panggangan
Ketika tangan bersilangan
Kopi tumpah di atas bacaan
Menyiram tiga juta hektar koran
Dua kolom yang kepanjangan
Api padam menutup hutan
Koran basah dilipat empat
Ke dalam keranjang plastik anyaman
Dia dibuangkan
Tepat pagi itu
Jam setengah delapan.

1988

contoh teks drama islami


Musik                          : Down-up-down
Ann                             : Assalamu’alaikum wr.wb
Inilah siaran radio Pendidikan Agama Islam yang dikembangkan dan dikelola oleh mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Siaran ini ditujukan kepada siswa MI di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta.
Musik                          : Down-up
Ann                             : Selamat berjumpa kembali anak-anak MI kelas V
Pada kesempatan kali ini kami hadir memberikan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sub bidang studi Aqidah-Akhlak dengan materi pokok “PUASA”
Musik                          : Down-up
Ann                             : Setealh selesai mendengarkan program ini, kalian akan dapat:
a.    Menjelaskan arti puasa ramadhan
b.   Menjelaskan manfaat puasa ramadhan
c.    Membiasakan puasa ramadhan
Baiklah, sekarang mari kita dengarkan dialog yang terjadi di sebuah keluarga sederhana antar saudara yang bernama Anisa, Imam, dan Aminah beserta Ibu mereka.
Musik                          : Down-up-Down
Narator                        : Sore itu setelah melakukan sholat magrib berjamaah, sebuah keluarga yang terdiri dari Ibu dan tiga orang anak sedang berkumpul di ruang tengah dan mengobrol santai
Musik                          : Down
ANISA                       : “Ternyata tidak terasa sudah memasuki bulan puasa lagi.”
IMAM                         : “Iya yach … cepat sekali.”
IBU KHUMAIRA     : “Ya begitulah … waktu terus berjalan. Dan alhamdulillah … keluarga kita ini masih diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk bisa menjalankan perintah-perintah nya. Seperti halnya berpuasa di bulan Ramadhan.”
AMINAH                   : “Sebaiknya kita harus selalu bersyukur kepada Allah, yang mana kita ini diberikan kesehatan dan umur yang panjang. Apalagi dengan keadaan kedua orang tuamu ini yang semakin bertambah tua. Ibu ibumu senantiasa menjalankan apa yang diperintah oleh Allah dan apa saja yang dilarang oleh Allah.”
IBU KHUMAIRA     : “Benar anakku. Kalian juga harus taat kepada Allah dan selalu mengikuti ajaran yang dibawakan oleh Rasulullah Muhammad SAW.”
MUSIK                       : Up-Down
ANISA                       : “Ibu … apa memang puasa Ramadhan ini diwajibkan kepada setiap manusia?”
IBU KHUMAIRA     : “Ya. Puasa Ramadhan ini wajib dilaksanakan oleh setiap manusia yang tentunya beriman kepada Allah. Sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang terdahulu sebelum kamu. Agar kamu menjadi orang yang bertaqwa.”
IMAM                         : “Berapa lama sih kita berpuasa ini ?”
IBU KHUMAIRA     : “Puasa yang dilakukan di bulan Ramadhan ini lamanya 30 hari atau 29 hari.”
IMAM                         : “Wah … lama juga yach. Mana aku kuat, bu ?! Dua hari berpuasa ini saja sudah terasa lapar dan haus.”
IBU KHUMAIRA     : “Namanya juga berpuasa. Karena puasa itu menahan diri untuk tidak makan dan minum selama azdan Maghrib belum berkumandang.”
ANISA                       : “Apa memang anak kecil sudah diwajibkan puasa, bu ?”
IBU KHUMAIRA     : “Yang sudah diwajibkan adalah anak yang berusia sudah baligh. Sedangkan anak yang belum baligh itu bahwa puasa merupakan latihan yang perlu diajarkan sedini mungkin”
AMINAH                   : “Betul dik, apa yang dikatakan Ibu. Dulu ketika ibu masih kecil tidak pernah diajarkan oleh orangtuanya. Karena waktu dulu pengetahuan orangtua tentang agama sangat minim. Jadi kalian sangat bersyukur mendapat ilmu agama yang baik. Apalagi dengan kemajuan teknologi sekarang. Banyak media yang dapat memberikan informasi lengkap tentang puasa.”
ANISA                       : “Benar juga yach. Tapi kenapa masih ada yang belum melakukan puasa ? Padahal mereka sudah tahu kalau bulan ini bulan Ramadhan.”
IBU KHUMAIRA     : “Yach begitulah … manusia yang belum mengerti kewajiban sebagai umat islam. Kadang yang mengaku dirinya Muslim malah sengaja tidak mematuhi perintah Allah. Mungkin saja imannya belum begitu mantap dan belum mendapatkan hidayah dari Allah SWT.”
AMINAH                   : “kakak juga heran, bu. Dengan kehidupan keluarga bang Rozak. Coba kita lihat, diawal puasa hingga kini, Mpok Imah sibuk dengan dagangannya. Yach … memang kakak rasa cukup bagus sih mencari rizqi dengan berjualan. Apalagi buat kebutuhan orang berbuka puasa. Tapi yang kakak lihat, karena ramainya si pembeli sepertinya Mpok Imah tidak sempat melakukan sholat.”
IBU KHUMAIRA     : “Mudah – mudahan saja dia diberikan hidayah. Kalau perlu kita ingatkan untuk bisa tetap menjalankan perintah Allah. Bukankah rizqi dari berdagang itu juga berasal dari Allah ?! Nah … untuk itu wajib bersyukur dengan melakukan perintah Allah dan menjauhi laranganNya.”
AMINAH                   : “Oh ya, bu… Sebentar, kakak mau siapkan buka puasa dulu. Karena sebentar lagi bedug Maghrib akan tiba.”
ANISA                       : “Bu, tolong belikan kolak pisang dan soto mie di bu Halimah.”
IMAM                         : “Ya, bu. Aku minta es kelapa, pacar cina campur biji salak.”
AMINAH                   : “Aduh … kalian ini, mau buka puasa atau mau pesta sih. Sepertinya mau menyiapkan segala makanan untuk buka puasa.”
IBU KHUMAIRA     : “Astaghfirullah … bukan begitu caranya berbuka puasa nak... Bukan semua makanan itu harus dimakan ketika buka puasa. Sebagaimana dengan ajaran Rasulullah, ketika beliau berbuka puasa hanya memakan tiga butir kurma dan segelas air. Ini sering terjadi ketika siang hari keinginan makan apa saja maunya buat buka puasa. Tapi ketika buka puasa malah selera makan tidak seperti siang hari.”
IMAM                         : “Mana bisa kenyang, bu.”
AMINAH                   : “Makan kurma dulu. Nanti sehabis sholat maghrib baru makan nasi.”
ANISA                       : “Memangnya buka puasa tidak boleh makan nasi dulu.”
IBU KHUMAIRA     : “Bukannya tidak boleh. Kita seharusnya mengikuti sunah Rasul. Karena memang ada faedahnya. Jika kita makan nasi dulu sampai kenyang maka sepertinya ketika sholat merasa kekenyangan. Sehingga terganggu sholatnya. (suara adzan maghrib) Nah … itu suara adzan maghrib. Menandakan waktu buka puasa. (tiba-tiba Anisa & Imam buru-buru makan kurma) Hai ingat … baca doa buka puasa dulu. (mereka semua baca doa & kemudian makan) setelah ini kita sama-sama ke masjid yach.”
ANAK-ANAK           : SIAP Bu…
Music                          :up down up
Narrator                       : Demikianlah dialog yang terjadi di sebuah ruang keluarga
Music                          : up down
Narrator                       : Setelah anak-anak menyimak dialog yang terjadi di ruang keluarga tersebut tentu kalian dapat mengambil kesimpulan mengenai pengertian, manfaat dari puasa ramadhan. Sehingga kalian bisa membiasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Music                          : up-down
Ann                             : Demikianlah siaran radio pendidikan agama islam yang dikembangkan dan dikelola oleh mahasiswa fakultas tarbiyah jurusan pendidikan agama Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, semoga bermanfaat bagi anak-anak MI kelas V. Amin.
Wassalamu’alaikuum wr. wb
Music                          : up-down